by Martin Stolz Departemen Proyek Internasional CJD Verbund NRW Süd/Rheinland, Jerman
Sejak Januari 2019, Proyek Erasmus+ yang didanai bersama oleh Eropean Union (EU) ‘REC: Reflect, Experiment, Capture: Pembuatan Film Eksperimental untuk Mencegah Kekerasan dan Memberdayakan Kaum Muda yang Kurang Beruntung’ telah ada. Tujuan utama proyek ini adalah untuk menyadarkan anak muda tentang banyaknya bahaya kekerasan dengan menggunakan teknik video eksperimental. Karena cakupan globalnya terutama topik tentang perundungan, perundungan dalam dunia siber, serta kekerasan terkait gender dan bentuk-bentuk kekerasan psikologis dibahas disini.
Dukungan Internasional dari Africa dan Asia
Oleh karena itu, lima organisasi sosial dari Spanyol, Italia, Jerman, Kenya, dan Indonesia bersama-sama melaksanakan proyek REC di lima negara tersebut. Dengan demikian, ketiga organisasi yang berbasis di Eropa tersebut mendapat dukungan langsung dari Afrika dan Asia. Dibawah kerangka kerja European Voluntary Service (EVS), satu relawan muda dari Kenya dan dua relawan muda dari Indonesia memiliki kesempatan untuk tinggal di Italia, Spanyol, dan Jerman masing-masing untuk membantu organisasi disana dalam melaksanankan proyek REC.
Sejak pertengahan 2019 hingga pertengahan 2020 ketiga
relawan EVS tinggal bersama rekan-rekannya di Eropa – bahkan terkadang dengan
pemuda yang diasuh di organisasi sosial. Selain tantangan belajar bahasa baru – pengalaman dialami terutama oleh
Asry Tesalonika selama berada di Jerman – para relawan muda dari Asia dan Afrika merasakan
bagaimana hidup dalam masyarakat barat. Angeline Nyawira dari Kenya yang
tinggal di CESIE di pulau Sisilia Italia menyimpulkan bahwa “Italia terlalu istimewa dari yang pernah saya
bayangkan”. Namun dengan dukungan dari rekan-rekan mereka dan dengan berintegrasi dalam
masyarakat lokal, ketiganya dengan cepat dapat menikmati hidup di Eropa.
Sejak pertengahan 2019 hingga pertengahan 2020 ketiga relawan EVS tinggal bersama rekan-rekannya di Eropa – bahkan terkadang dengan pemuda yang diasuh di organisasi sosial. Selain tantangan belajar bahasa baru – pengalaman dialami terutama oleh Asry Tesalonika selama berada di Jerman – para relawan muda dari Asia dan Afrika merasakan bagaimana hidup dalam masyarakat barat. Angeline Nyawira dari Kenya yang tinggal di CESIE di pulau Sisilia Italia menyimpulkan bahwa “Italia terlalu istimewa dari yang pernah saya bayangkan”. Namun dengan dukungan dari rekan-rekan mereka dan dengan berintegrasi dalam masyarakat lokal, ketiganya dengan cepat dapat menikmati hidup di Eropa.
[Asry Tesalonika, Erika Gabrielle Myarti, dan Angeline Nyawira Mithayo [bersama temannya], relawan REC dari Indonesia dan Kenya]
Diantara Kehidupan
Sehari-hari…
Di Eropa, ketiga relawan mendukung organisasi sosial proyek REC dalam pembuatan video REC bersama dengan para pemuda dan para pendidiknya agar para pemuda secara umum peka terhadap potensi bahaya dari berbagai bentuk kekerasan. Di Italia, Angie bahkan mengorganisir kampanye nyata untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal kota Palermo tentang nasib para immigran Afrika yang tinggal disana. Selain itu, ketiganya memperoleh banyak wawasan tentang pekerjaan sebuah NGO sosial Eropa.
… dan virus Corona
Sampai awal tahun 2020 semuanya berjalan lancar. Tapi kemudian ketika virus Corona melanda Eropa, semuanya tiba-tiba berubah. Untuk proyek REC, ini berarti NGO yang ikut terlibat harus melakukan jeda. Ketiga relawan harus menjalani – sebanyak orang Eropa bersama mereka – karantina selama beberapa waktu. Tetapi setelah beberapa waktu, ketika larangan bekerja dilonggarkan, pekerjaan dalam proyek REC berlanjut kembali di semua negara yang terlibat dalam proyek tersebut.
Ucapkan Selamat
Tinggal
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa ketiga relawan muda dari Afrika dan Asia menikmati masa tinggal mereka di Eropa yang kaya akan keanekaragaman. Mereka tidak hanya merasakan bagaimana bekerja di NGO sosial tetapi juga bagaimana kehidupan di Eropa berlangsung. Dari itu, Asry Tesalonika sangat bangga pada: “Every challenge, a men masters, just contribute to get even more stronger”. NGO yang beruntung menjadi tuan rumah untuk ketiga relawan tersebut pada saat-saat khusus ini sampai pada kesimpulan yang sama. Meskipun begitu, setelah 12 bulan , sekarang saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal untuk ketiganya.
Prospek: Festival Film REC Internasional di Indonesia
Perpisahan ini bukan berarti bahwa proyek REC sekarang
sudah berakhir, karena Festival Film REC Internasional yang rencananya tahun
ini sudah ditunda untuk tahun depan di Semarang, Indonesia. Bahkan jika kita semua
tidak tahu apa yang akan terjadi sampai saat itu, kami akan melakukan yang
terbaik untuk membuat acara tersebut dapat diselenggarakan tahun depan. Jadi
mungkin ada kesempatan untuk bertemu lagi segera.
Selain itu, pertemanan ketiga relawan yang telah dekat
selama berada di Eropa akan berlangsung selamanya, membuat proyek REC tidak
hanya sebagai alat melawan kekerasan tetapi juga instrumen untuk kerjasama
transnasional dan pemahaman internasional.